K. H. Ahmad Dahlan (1868 – 1923) -- Museum Kebangkitan Nasional


K. H. Ahmad Dahlan (1868 – 1923)


Muhammadiyah adalah garda depan (mainstream) gerakan civil society Indonesia. Satu abad usianya menandakan bahwa organisasi ini telah lulus melewati ujian zaman yang sekaligus menggambarkan eksistensi kekuatan gerakan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan ini. Di antara sekian banyak kontibusi Muhammadiyah terhadap bangsa ini, pendidikan adalah yang paling menonjol. Sejak awal didirikannya, Muhammadiyah telah menggariskan perjuangannya sebagai gerakan Islam yang menempuh medan perjuangan terutama melalui jalur pendidikan. Hal ini tertuang misalnya dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah yang menjadikan pendirian lembaga pendidikan sebagai syarat pendirian Cabang/Wilayah/ Daerah. Muhammadiyah juga membentuk 2 (dua) majelis khusus untuk menangani bidang pendidikan yaitu Majelis Pendididikan Dasar dan Menengah (Majelis Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan Tinggi (Majelis Dikti).

K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi ini, sangat memahami bahwa dengan pendidikanlah masyarakat Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan. Merealisasikan ide progresif ini, Kiai Ahmad Dahlan kemudian merombak ruang tamu rumahnya menjadi sebuah ruang kelas. Dari ruang kecil inilah awal mula lahirnya Amal UsahaMuhammadiyah di bidang pendidikan yang di kemdian hari berkembang beratus bahkan beribu Amal Usaha di seluruh penjuru tanah air. Rintisan Kiai Dahlan ini di kemudian hari terus berkembang seiring dengan berkembangnya cabang-cabang Muhammadiyah di seantero Indonesia.

Hingga saat ini, di usianya yang telah mencapai satu abad, Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 15.000 lembaga pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang tersebar di seluruh tanah air, Hal ini menjadi salah satu bukti nyata kontribusi Muhammadiyah untuk bangsa Indonesia pada khususnya dan untuk kemanusiaan secara luas yang sekaligus menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi sosialkemasyarakat dan basis organisasi masyarakat sipil (civil society) terbesar dan terkuat di dunia dengan dukungan sumberdaya daya struktur organisasi yang mapan.

Saat itu, di Indonesia berkembang 2 (dua) sistem pendidikan; pendidikan Barat dengan sekolah-sekolah formalnya yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda dan pendidikan non formal berupa pesantren yang diasuh oleh para ahli agama (baca: kiai). Kedua sistem pendidikan ini tidak hanya berbeda dari secara formalitas dan legalitasnya. Akan tetapi keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda dari segi kurikulum, proses, maupun tujuannya. Pendidikan Barat adalah sistem pendidikan sekular yang tidak memasukkan agama di dalamnya. Sebaliknya, pendidikan pesantren tidak memasukkan “materi-materi umum” di dalamnya. Perbedaan mendasar ini membawa implikasi yang serus tidak hanya pada hasil lulusannya (outcame), tapi juga berpengaruh pada ranah sosial yang lebih luas.

Di tengah situasi semacam inilah pendidikan Muhammadiyah lahir. K.H. Ahmad Dahlan merintis jalan baru sistem pendidikan Indonesia dengan mamadukan antara sistem pendidikan Barat dan pesantren. Terobosan baru pendidikan Muhammadiyah ini berhasil mengakhiri dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan telah menorehkan karya nyata untuk bangsa dengan melakukan pembaharuan di bidang pendidikan. Selanjutnya, tulisan ini bermaksud menjelaskan pembaharuan pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini.

Semoga ebook ini bukan hanya menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang tokoh-tokoh nasional, melainkan juga menumbuhkan nasionalisme dan kecintaan kita kepada bangsa dan negeri ini. Amiin. Allahuma shali ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.

Btw, jika rekan-rekan juga tertarik dengan dunia website dan internet marketing, rekan-rekan dapat mengisi form untuk memperoleh tutorial gratis dengan mengklik link


No comments

Theme images by fpm. Powered by Blogger.