Rahvayana: Aku Lala Padamu --- Sujiwo Tejo


Yang menulis di buku ini belum tentu saya, sebab Rahwana tak mati-mati. Gunung kembar 
Sondara-Sondari yang mengimpit Rahwana cuma mematikan tubuhnya semata. Jiwa Rahwana terus 
hidup. Hidupnya menjadi gelembung-gelembung alias jisim. Siapa pun bisa dihinggapi gelembung 
itu, tak terkecuali saya.

Yang menulis di buku ini barangkali gelembung-gelembung itu, jisim Rahwana kepadaku. Yang 
menyampaikan buku ini kepadamu mungkin gelembung-gelembung Rahwana pada penerbit, percetakan, distributor, toko buku, dan lain-lain, tak terkecuali tukang ojek maupun sopir limousin yang mengantarmu ke toko buku maupun perpustakaan.

Kau lantas memutar musiknya sebelum memasuki halaman-halaman bacaan, atau membacanya sembari mendengar musiknya. Musik dan bacaan tak terpisah di sini. Mereka ibarat pahit dan getirnya. Mereka baik sekaligus buruknya.

Bila jisim Rahwana itu tak ada padamu, kau akan menyangka bahwa baik dan buruk sama saja? 

Tidak. Mereka berbeda. Keduanya hanya tak terpisah. Merekalah yang bahu-membahu mendorongmu menjadi sempurna, yaitu menjadi berlapang dada untuk menerima ketidaksempurnaan.
Bila gelembung-gelembung Rahwana itu tak ada padamu, kau akan menolak pergi ke toko buku. 

Sekadar meminjam buku ini ke teman pun, kau tak akan berdaya bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu. Kau pun tak akan nge-tweet dan sebagainya tentang buku ini. Bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu, adakah alasan bagimu menggunakan seluruh media sosial dan getok tular buat menjalarkan cinta via buku ini? 
Nasib.

------------------------


No comments

Theme images by fpm. Powered by Blogger.