Season To Remember ~~ Ilana Tan
Dimulai dengan Autumn in Paris, lalu saya memburu ketiga musim lainnya. Meskipun ceritanya klasik tentang cinta dan bergenre pop literature, Ilana Tan tidak mengumbarnya seperti cerita picisan melainkan memberikan nyawa perasaan. Tak mungkin tidak menangis dengan kesederhanaan kata dan cerita yang dituturkan setiap tokohnya. Penguasaan akan budaya dan kebiasaan tokoh berlatar belakang berbagai negara membuat tutur kisahnya lebih mengalir.
- Elga Ayudi, Jakarta
Ilana Tan bagaikan koki, selalu menyajikan menu pembuka pada sepiring prolog indah, menerbitkan rasa penasaran untuk mencicipinya. Hidangan penutup pada semangkuk kecil epilog padat, namun berhasil melesakkan kepuasan. Suguhan kenikmatan nilai-nilai keikhlasan tersembunyi dalam kesatuan hidangannya. Termasuk hidangan tetralogi 4 Musim—Summer in Seoul, saat sosok yang harus dihindari berbalik menjadi sosok yang selalu dinanti. Autumn in Paris, saat sosok yang teramat dicintai menjadi terlarang untuk diharapkan. Winter in Tokyo, saat sosok terindah di masa lalu terletak dalam hati berbeda di masa kini. Spring in London, saat sosok tergelap di masa lalu berhasil menerbitkan kilau cahaya terang untuk masa depan.
- Nurul Fitriandari, Bojonegoro
Quand je me souviens à propos de roman, Ilana Tan, I feel it’s so touching. Tulisan- tulisan pengarang ini mampu membawa pembaca ikut terjun ke dalam situasi yang digambarkan. Sangat rapi. Mendeskripsikan sebuah kota dan musim dengan sangat indah, berirama, membuatku merasa kota dan musim itu melekat pada novelnya. Tokoh dan penokohannya sangat menarik dan nyata, benar- benar perfect! Ia memiliki alur yang istimewa, berbeda dari pengarang lainnya. Ia menulis ending menggunakan hati. Benar-benar menyentuh! Ia seakan tahu segalanya, memadupadankan bahasa asing, dan sangat menarik. A smart woman who is very talented. Sugoi! Very inspiring, very touching.
- Kurnia Lavinda Yusfa, Payakumbuh, Sumatra Barat
No comments