Cantik itu Luka -- Eka Kurniawan


Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberikan nama Si Cantik. 

Cantik itu Luka) merupakan campuran dari pelbagai gaya pemikiran yang memang menjadi minat penulisnya selama ini: surealisme­ sejarah­ filsafat. 

– Muhidin M. Dahlan, Media Indonesia 

Inilah sebuah novel berkelas dunia! Membaca novel karya pengarang Indonesia kelahiran 1975 dan alumnus Filsafat UGM ini, kita akan merasakan kenikmatan yang sama dengan nikmatnya membaca novel­novel kanon dalam kesusastraan Eropa dan Amerika Latin. 

– Nur Mursidi, Jawa Pos 


Lewat novel ini pengarang juga telah melakukan inovasi baru berkaitan dengan model estetika serta gaya penceritaan sebagai satu bentuk pemberontakan atas mainstream umum. 

– Horison 


Novel ini begitu tangguh dan telaten membangun jalan cerita yang rumit dan kompleks dengan sejumlah latar sejarah yang luas dan fantasi yang absurd maupun surealis serta melibatkan banyak tokoh berkecenderungan kejiwaan dan tabiat bejat, skizofrenik dan tak terduga arah dan bentuknya. 

– Binhad Nurrohmat, Sinar Harapan 

Membaca novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, kita akan bersua cinta membara di antara tokoh­tokohnya. 
– Raudal Tanjung Banua, Minggu Pagi 

Cantik Itu Luka bisa dilihat sebagai sebuah penciptaan versi alternatif sejarah Indonesia dengan gaya mimpi atau gaya main­main. Tetapi bukan berarti Eka mencoba meralat sejarah resmi dan menggantikannya dengan versinya sendiri yang ”lebih benar”. Sejarah versi Cantik Itu Luka jelas sebuah produk fantasi, bukan saja karena ia memang karya fiksi dan bukan studi sejarah, tetapi juga karena di tengah konsep sejarah yang plural dalam sebuah masyarakat pasca kolonial seperti Indonesia ini, cerita fantastis yang membingungkan semacam itulah sejarah paling otentik yang bisa ditulis. 

– Katrin Bandel, Meja Budaya 

Perihal berbagai gaya dan bentuk yang diaduk jadi satu ini, Cantik itu Luka memang sebuah penataan berbagai capaian sastra yang pernah ada. Seluruh referensi yang ada dalam bagasi penulisnya, hadir bercampur aduk membentuk mozaik konstruksi linguistik yang dinamis. 

– Alex Supartono, Kompas 


Cantik itu Luka menampakkan bahwa Eka mampu melahirkan teks perempuan tanpa membuat perempuan dalam dunianya tampil sebagai laki­laki dalam bungkus perempuan. 

– Aquarini Priyatna Prabasmoro, Koran Tempo 

Luka adalah permisivitas dia dari gambaran sebuah pemahaman chaos, kekacauan hubungan badan (inses) dan kerusuhan­kerusuhan di Halimunda sepanjang masa penjajahan kolonial hingga pasca 1965 ketika komunis dibinasakan. Hantu­hantu yang dicitrakan sebagai komunis menjadi punya makna ganda, hantu betulan dan hantu propaganda. Sense of humor dia boleh juga. 

– Nenie Muhidin, On/Off



No comments

Theme images by fpm. Powered by Blogger.